Inspirasi Dari Seorang Remaja Bernama Amilia Agustin

13441882371848868915

 

Ami bersama tas karya pertamanya yang terbuat dari bungkus mi di Kompasiana Modis

Acara Kompasiana Modis dan Bukber di Kemenparekraf yang dilaksanakan sabtu lalu tanggal 4 agustus 2012 dan membicarakan serta membahas tentang sampah diberbagai tempat tujuan wisata Indonesia yang sudah dalam tahap mengkhawatirkan telah menyisakan cerita dan pelajaran yang sangat berharga dan menginspirasi bagi semua kompasianer yang hadir. Dan inspirasi itu hadir dari keberadaan seorang nara sumber pengisi acara bernama Amilia Agustin. Gadis manis mojang Bandung berusia 16 tahun dan masih duduk dibangku kelas 2 SMA 11 Bandung dengan predikat “Ratu Sampah” ini telah memukau semua kompasianer yang hadir dengan pemaparannya mengenai pengalamannya selama empat tahun belakangan berjibaku mengolah sampah menjadi sesuatu yang menghasilkan dan bernilai ekonomis.

Ketertarikan gadis manis kelahiran 20 april 1996 ini pada dunia sampah berawal saat Ami berusia 12 tahun dan masih duduk dibangku kelas 1 SMP 11 Bandung. Dimana setiap olahraga lari di lingkungan sekolah yang lokasinya berdekatan dengan TPS Tegalega membuatnya cukup miris dan terganggu dengan keberadaan sampah yang menggunung dengan bau yang tidak sedap tentunya. Pada awalnya dia belum terpikir untuk mengolah sampah tersebut, hingga saat dimana dia benar-benar “terganggu” dengan keberadaan sampah tersebut timbulah pikiran terlintas di kepalanya “apa yang bisa dilakukannya terhadap sampah tersebut?”

Putri dari pasangan Bapak Agus Kuswara dan Ibu Elly Maryana Dewi ini pun mendiskusikan hal tersebut dengan ibunya dan jawaban ibunya adalah kalimat motivasi yang selalu diingatnya hingga sekarang “Ami gunakanlah waktu dimasa mudamu untuk melakukan hal yang tidak bisa kamu lakukan dimasa tuamu”. Melalui kalimat motivasi ibunya ini Ami yang sedikitpun tidak memahami tentang riset, tidak menyukai mata pelajaran sains dan matematika mulai mengembangkan pemikiran dan idenya tentang sampah. Dengan keberaniannya bersama sepuluh orang teman-temannya yang lain yang memiliki ide yang sama Ami menemui Ibu Nia Kurniati guru Biologi yang juga guru pembimbing ektrakurikuler KIR disekolahnya untuk mendapatkan bimbingan mengenai cara pengolahan sampah.

Ibu Nia inilah salah satu orang dibalik sukses Ami menapaki jalannya sebagai Ratu sampah hingga sekarang. Beliau yang membawa Ami dan teman-temannya ke Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi untuk belajar bagaimana cara mengelola sampah dengan benar. Seperti memisahkan sampah sesuai jenisnya hingga cara mengolah kompos. Dari sini Ami dan teman-temannya memulai aksinya. Saat orang lain pulang sekolah langsung bermain atau istirahat Ami dengan tekun berjibaku memisahkan sampah-sampah yang ada di lingkungan sekolahnya sesuai dengan jenisnya. Untuk mengolahnya Ami bekerja sama dengan beberapa ibu-ibu di lingkungan sekitar yang diberdayakan sebagai tenaga pengolah berbagai kerajinan tangan dari berbagai jenis sampah. Seperti mengolah bekas bungkus mi instan menjadi tas. Dengan Ami dan teman-temannya berperan sebagai perancang desain dan marketing. Selain itu Ami dan teman-temannya juga membina ibu-ibu yang mengolah kerajinan dari sampah ini untuk suatu saat bisa berperan langsung sebagai pendidik untuk ibu-ibu yang lain.

Hingga melalui bimbingan bu Nia pula Ami mulai mengembangkan jaringannya untuk mengembangkan usahanya dalam mengolah sampah. Seperti bergabung di Yayasan Young Changes Maker pada tahun 2009. Pada tahun 2010 Ami terpilih sebagai Duta Sanitasi Jabar dengan membawakan tema Tangan-tangan Anak Bangsa Yang Menyelamatkan Alam Indonesia. Meski di tingkat nasional di Jakarta Ami tidak mendapat juara tapi dia tidak kecewa. Karena paling tidak sudah banyak yang hal positif yang diraihnya, diantaranya, Ami yang dulu penakut dan tidak percaya diri berbicara didepan publik, bahkan harus menggunakan bantuan wayang kardus mi instans mulai berani dan fasih melakukannya.

Dan kiprahnya terus berlanjut saat tahun2010 Ibu Nia kembali melakukan perannya sebagai pensupport Ami dengan diam-diam mendaftarkannya diajang Satu Indonesia Award Astra. Dan Ami terpilih sebagai salah satu pemenang termuda tahun itu dengan mendapatkan hadiah uang sebesar Rp.40 Juta.

Sebagai seorang remaja yang sama dengan remaja pada umumnya yang juga masih suka jalan-jalan, bermain bersama teman-temannya, membaca novel favoritnya diantaranya Sunshine Becomes You karya Ilana Tan yang terlihat berada dalam genggaman tangannya saat menghadiri acara Modis Kompasiana tentu bisa saja dengan mudah Ami menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kesenangan pribadinya. Tapi itu tidak dilakukannya. Bahkan terlontar dari bibirnya bahwa dia sempat bingung akan digunakan untuk apa uang yang jumlahnya tidak sedikit tersebut. Tapi sekali lagi Amilia Agustin adalah seorang remaja dengan segala sikap dan pola pikir yang mengagumkan dan penuh dedikasi tinggi pada lingkungan sekitarnya. Maka dia pun menggunakan uang tersebut untuk membeli berbagai peralatan tambahan untuk mengolah kerajinan dari berbagai sampah. Seperti mesin jahit, mesin sablon dan sebagainya.

Sukses mendapat predikat Ratu Sampah tidak membuat Ami berhenti berkarya, ketertarikannya pada dunia pendidikan membawanya sebagai guru dadakan diwaktu senggangnya diberbagai tempat anak-anak tidak mampu dibeberapa tempat di Bandung. Seperti anak-anak yang bertempat tinggal disekitar rel kereta disalah satu stasiun Bandung. Ami memiliki keyakinan “Sebuah Negara Maju Berawal dari Sistem Pendidikannya yang baik” yang mana dia tidak melihat hal ini dalam system pendidikan dinegara kita yang mana lebih mengedepankan hasil. Tidak peduli bagaimana prosesnya, salah satu contohnya adalah terlihat dari berbagai usaha yang dilakukan oleh banyak pihak untuk mendapatkan nilai UN tinggi bagaiamanapun caranya. Padahal menurutnya sebuah kesuksesan itu adalah sebuah proses tidak peduli bagaimana hasil akhirnya. Karena itu dia setuju dengan anggapan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih belum mencapai keberhasilan alias gagal. Sungguh membuat tercengan mendengar kalimat demikian keluar dari seorang remaja berusia 16 tahun.

Selama mengisi waktu luangnya untuk mengajar anak-anak tidak mampu Ami menciptakan berbagai metode belajar yang menarik dan dapat diterima oleh anak-anak. Menurutnya cara mengajar terbagi tiga cara yaitu melalui audio, visual, dan kinestetis. Dan dia pun menggunakan berbagai cara mengajar yang tidak membuat anak-anak tersebut bosan dan dengan mudah mengerti dengan apa yang disampaikannya. Karena menurutnya tugas seorang pendidik tidak hanya mentransfer isi buku pelajaran saja. Tapi juga bagaimana membuat seorang anak didik betah dan mengerti dengan pelajaran.

Yang mana salah satu caranya menerangkan pelajaran dengan bernyanyi dan mengaplikasikan berbagai pelajaran kebentuk lagu sebagainya. Dan disini dia merasakan betapa dasyat rasa bahagia yang melintas dalam hatinya saat beberapa anak berkata suka belajar dengannya. Atau saat dia mendengar seorang anak mengucapkan “aku mau belajar terus kalau ibu Ami yang jadi gurunya”.

Semua kesuksesan yang diraihnya hingga saat ini bukannya tanpa rintangan, seperti saat dia selalu diejek oleh teman-temannya sebagai “tukang sampah”, anggapan sebagian orang bahwa keberhasilannya karena uang hadiah yang didapatnya, kendala pada saat sebagian teman-temannya tidak bisa lagi beraktivitas dengannya karena ada yang pindah, ada yang bosan dan sebagainya. Dan semua rintangan itu tidak membuatnya menyerah.

Saat ini Ami bersama 28 orang temannya mulai merintis sebuah perusahaan kecil-kecilan yang diberi nama Eleven Waste Management denga Ami sebagai pemimpinnya. Harapan mereka kedepan jika perusahaan ini sudah berkembang dan berhasil termasuk dalam hal materi, mereka ingin mendirikan sebuah sekolah, “Sekolah Manusia” ini istilah yang dibuat oleh Ami. Yaitu sekolah yang tidak hanya mentransfer ilmu dari buku ke pada murid-muridnya. Tapi lebih kepada pengembangan pribadi, motivasi dan kemampuan lain yang tersembunyi pada seorang anak. Karena Ami yakin banyak anak yang sama dengan dirinya tidak suka Fisika, tidak bisa matematika tapi memiliki kemampuaan dan bakat lain yang bisa dikembangkan dengan maksimal. Dan sasarannya tidak hanya pada anak-anak tapi juga para orang tua terutama ibu-ibu agar bisa aktif dan kreatif mengkaryakan diri dilingkungannya.

****************

Inilah profil singkat salah satu pembicara diacara Modis Kompasiana yang sangat mengagumkan, Amilia Agustina yang berhasil aku dapatkan dari obrolan singkat sebelum acara dimulai. Dan tentu kita semua berharap akan muncul Ami-Ami lainnya ditengah masyarakat kita. Dan sebelum tulisan ini aku posting, aku sempat mengirim sms pada Ami untuk mengabarkan tulisan ini dan memberi tahu bahwa tanggal 9 Juli 2012 ternyata sudah ada seorang kompasianer bernama Dita Widodo yang mengulas secara singkat tentang kegiatannya (link postingan Dita) dan yang menggembirakan ternyata Ami mulai tanggal 5 Agustus 2012 Ami sudah resmi sebagai seorang kompasianer juga (link profilnya Ami).  Meski sempat terlontar penolakan halus saat aku mengajaknya untuk bergabung kemarin dengaan jawaban dia sudah punya blog pribadi. Dan setengah memaksa aku menjelaskan apa kelebihan Kompasiana dibandingkan blog pribadi. Dan aku yakin saat di acara kompasianer lain yang sempat ngobrol dengannya pasti melakukan hal yang sama denganku yaitu mengajaknya bergabung, dan aku yakin hal inilah yang membuatnya berubah pikiran dan tertarik untuk bergabung. Selamat bergabung Amilia Agustin si “Ratu Sampah”.

sbr :  http://muda.kompasiana.com/2012/08/06/inspirasi-dari-seorang-remaja-bernama-amilia-agustin-483600.html

 

Cara Zhang Yin, Si “Ratu Sampah”

Cara Zhang Yin, Si “Ratu Sampah” Perkasa Jadi Miliarder China

Dalam daftar orang terkaya di China, Forbes mencatat ada enam wanita pengusaha kaya. Sementara di daftar Amerika Serikat terdapat tujuh orang. Namun, sangat berbeda dengan wanita-wanita kaya di China yang memperoleh kekayaan berkat usahanya, wanita terkaya di AS pada umumnya memperoleh kekayaan berkat warisan keluarganya.

Adalah Zhang Yin, pendiri dan Ketua Nine Dragons Paper Industries Co, Ltd yang menempati peringkat kelima dalam daftar wanita terkaya di Cina. Dia merintis usahanya dari bisnis daur ulang kertas bekas. Hebatnya lagi, Zhang cuma perlu waktu belasan tahun untuk mengalahkan kekayaan para kampiun perempuan Barat yang namanya jauh lebih mendunia, dan melalui bisnis yang tak biasa pula.

Sebagai anak keluarga militer yang menetap di Heilongjiang, provinsi di kawasan utara China yang berbatasan dengan Rusia, masa kecil sulung dari 8 bersaudara ini sangat pahit. Selama Revolusi Kebudayaan yang dimulai pada 1966, ayah Zhang Yin dipenjara bersama 2 juta lebih anggota masyarakat yang dianggap kontrarevolusioner atau antek kapitalis. Baru, ketika Revolusi Kebudayaan berakhir 10 tahun kemudian, hidupnya mulai meningkat. Pada 1976 itu, ayah Zhang dibebaskan dan namanya direhabilitasi.

Setelah Reformasi Ekonomi diluncurkan Deng Xiaoping pada 1980-an, Zhang Yin hijrah ke Shenzen, salah satu kota di pesisir selatan yang dikembangkan untuk eksperimen kapitalisme ala China. Di Shenzen dia bekerja di perusahaan patungan di bidang perdagangan kertas. Interaksi dengan orang asing ini mendorong Zhang menyeberang ke Hong Kong pada 1985, ketika perusahaan tempat bekerjanya bangkrut. Di pulau yang waktu itu masih koloni Inggris tersebut, dia lalu mendirikan bisnis perdagangan kertas bekas. Dalam tempo singkat Hong Kong jadi kelewat kecil untuk menampung seluruh ambisi bisnis Zhang Yin yang besar. Maka, pada 1990 dia lalu pindah ke Los Angeles dan menikah dengan Liu Ming Chung, dokter gigi kelahiran Taiwan yang dibesarkan di Brasil dan fasih berbahasa Inggris. Ketika itu pasangan Zhang-Liu mendirikan America Chung Nam (ACN) pada awal 1990-an.

Daur Ulang Pasangan tersebut berkeliling AS dengan minivan Dodge butut, membujuk pusat pengumpulan sampah di seluruh negeri untuk memberikan segala macam sampah kertas kepada mereka. Kegesitan Zhang ini membuat ACN jadi pengekspor besar AS dari segi volume ketika permintaan terhadap limbah kertas meroket pada 1995, bahkan pengekspor terbesar sejak 2001.

Menguasai pasok bahan baku, pada pertengahan 1990-an itu Zhang mudik ke China untuk mendirikan Nine Dragons di Dongguan. Hanya dalam tempo satu dasawarsa, pada 2006, pabrik Nine Dragons yang besar dan modern telah berkembang jadi 11 buah, mempekerjakan 5.300 karyawan dan mendatangkan laba 175 juta dolar AS. Pada 2007, satu pabrik raksasa lagi yang dibangun di pusat industri ekspor China di kawasan Delta Sungai Yangtze, dekat Shanghai. Keberanian Zhang terjun habis-habisan ke industri kertas berbahan baku limbah adalah berkat seorang kolega bisnis yang namanya tak dia sebutkan. “Aku ingat apa yang dia katakan waktu itu,’’ tuturnya. “Dia bilang, limbah kertas itu seperti hutan. (Sebab) kertas dapat didaur ulang, dari satu ke lain generasi.”

Yang dilakukan Zhang dengan Nine Dragonsnya persis seperti ini. Perusahaan Zhang mengirim limbah kertas dari Amerika dan Eropa, lalu mendaur ulang sampah tersebut jadi corrugated cardboard yang digunakan jadi kotak pengemas mainan, barang elektronik, dan furnitur “Made in China” dan sebagian diekspor ke Amerika dan Eropa. Maklum, dalam daftar pelanggan Zhang penuh dengan nama besar seperti Sony dan Nike. Setelah boks tadi dibuang, siklus daur ulang berjalan lagi dari awal.

Dengan berpindahnya pusat industri kertas dunia ke China, Zhang akan mewujudkan visinya. “Saya ingin membuat Nine Dragons, dalam 3-5 tahun, jadi pemimpin di industri containerboards,” ujarnya.

Zhang Yin sama sekali tak merasa risi dengan julukan ratu sampah, bahkan ada rasa bangga. Dia sadar betul, bisnisnya telah menginspirasi banyak entrepreneur, termasuk dari negara lain. China kini menjadi pendaur ulang segala macam limbah, termasuk rongsokan produk elektronik yang mengandung tembaga, besi, nikel dan emas. Hal lain yang membuat Zhang Yin bangga, dari sampah dia berhasil menghimpun kekayaan sampai hampir tiga kali lipat aset yang dimiliki peringkat ke-2 jajaran Perempuan Terkaya Dunia versi Hurun Report yang diduduki Zhang Xin.

“Kaum perempuan menguasai separuh langit,” ujar Mao Zedong. “Sebab itu, para perempuan Cina memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kaum lelaki di depan hukum”. Ketika mengatakan hal ini pada 1949, Ketua Mao mungkin tak mengira bahwa para pendekar perempuan Negeri Naga Merah di bidang bisnis, dalam tempo relatif singkat, akan mampu mengibarkan diri ke jajaran pengusaha tersukses dunia.

Simak saja daftar “Richest Self-Made Women in the World” dalam Hurun Report yang diadopsi Forbes. Dalam daftar yang disusun oleh kelompok bisnis di bidang luxury publishing and event yang berbasis di Shanghai ini, pada 2007 Cina menempatkan 6 dari 10 Perempuan Terkaya Dunia yang menangguk kekayaan dengan upayanya sendiri, bukan dari warisan alias self-made. Di tempat teratas adalah Zhang Yin. Dan ini bukan kali pertama bagi Zhang sang pendiri Nine Dragons Paper Company Ltd. berada di puncak. Sebab, sebelumnyaHurun Report juga sudah mendudukannya di posisi terhormat tersebut.

“She is the wealthiest self-made woman in the world,” ujar Rupert Hoogewerf, peneliti yang menyusun daftar orang kaya itu sejak 1999, dalam peluncuran Hurun Report 2006. Kekayaan Zhang Yin pada 2006 itu tercatat US$ 3,5 miliar.

Pada 2007, dengan meroketnya nilai saham Nine Dragons yang 72%-nya dia kuasai, kekayaan Zhang Yin menembus US$ 10 miliar kian jauh meninggalkan Oprah Winfrey (US$ 1,5 miliar, peringkat ke-8), Rosalia Mera (pendiri Zara, US$ 3,4 miliar, peringkat ke-3) dan Guilliana Benetton (pendiri Benetton Group, US$ 2,9 miliar, peringkat ke-5). Hebatnya lagi, Zhang cuma perlu waktu belasan tahun buat mengalahkan kekayaan para kampiun perempuan Barat yang namanya jauh lebih mendunia, dan melalui bisnis yang tak biasa pula.

Ng Weiting, mitra Zhang Yin di Hong Kong pada 1980-an itu menceritakan kepiawaian Zhang mendapatkan kinerja terbaik dari orang-orangnya. “Kalau ada karyawan yang menuntut kenaikan gaji, dia akan meluluskannya asal masuk akal,” ujar Ng mengenang. “Tapi kalau ada karyawan bikin salah, dia akan mengkritisi keras. Dia menunjukkan jelas kepada para karyawannya kapan memberireward dan kapan menjatuhkan punishment.” Kehebatan lain Zhang adalah kemampuannya dalam menjual dan membuat deal bisnis.

Citra peduli lingkungan ini agaknya menjadi salah satu faktor yang membuat Nine Dragons berhasil meraup dana US$ 500 juta ketika, dengan dukungan Merril Lynch, mereka meluncurkan saham pada Maret 2006. Pada hari peluncuran perdana itu, nilai saham perusahaan Zhang ini langsung melejit 40%. Memasuki 2007, nilai Nine Dragons saham meroket empat kali lipat lebih sehingga kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 5 miliar dan saat ini telah menembus US$ 13,8 miliar.

Dengan berpindahnya pusat industri kertas dunia ke Cina yang lahan dan tenaga kerjanya murah – serta permintaannya teramat besar – pelan tapi pasti Zhang akan mewujudkan visinya. “Saya ingin membuat Nine Dragons, dalam 3-5 tahun, jadi pemimpin di industri containerboards,” ujarnya seperti diberitakan nytimes.com, awal 2007. “Keinginan saya adalah jadi pemimpin di sebuah industri”.

Laiknya perusahaan Cina, Nine Dragons memiliki keuntungan lain. Belum dibatasi aturan lingkungan yang begitu ketat, mereka bisa menggunakan batu bara yang murah sebagai sumber energi, bukan gas yang mahal. Keuntungan lainnya, sebagai pemain baru Zhang dapat membangun pabrik dengan teknologi terbaru yang jauh lebih efisien ketimbang para kampiun industri kertas Barat yang sebagian besar masih menggunakan mesin dengan teknologi tahun 1980-an, bahkan 1970-an.

Masih kurang? Nine Dragons menggunakan bahan baku yang supermurah pula. Terbebas dari keharusan menangani limbah yang biayanya mahal, pusat-pusat pengumpulan sampah di Amerika (dan Eropa) dengan senang hati melego limbah kertas dengan harga sangat murah, US$ 100/ton pada 1990-an. Demikian pula perusahaan pelayaran. Ketimbang kosong, armada kapal yang ingin memuat barang impor dari Cina rela mengutip fee rendah untuk limbah murah yang dikirim ke Cina.

src : suaramedia.com

MENYULAP SAMPAH KACA MENJADI BISNIS DAUR ULAN

Menyulap sampah kaca menjadi bisnis daur ulang dengan cara memanfaatkan kaca-kaca bekas sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan yang menarik dan memiliki nilai jual

Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang melebihi batas. Dengan teknologi yang tepat,  sampah yang tadinya menjadi masalah sebagai barang buangan, kotor, berbau, menimbulkan penyakit dan mencemari lingkungan dapat menjadi barang yang bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

 

Sampah anorganik bisa membantu mengembangkan industri daur ulang (recycling). Kertas bekas akan di daur ulang oleh industri kertas, sampah plastik dan kaca akan di daur ulang menjadi bahan baku industri, sedangkan sampah organik dapat mengembangkan industri pengolah kompos menjadi pupuk organik dan juga dapat diolah menjadi industri energi/industri bahan bangunan.

Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi.Daur ulang adalah salah satu cara yang digunakan untuk meminimalkan jumlah sampah yang ada untuk meningkatkan nilai ekonomisnya menjadi barang-barang yang berguna. Daur ulang merupakan proses untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.

Salah satu usaha daur ulang adalah daur ulang pada produk berbahan kaca. Banyak cara yang digunakan oleh para pengrajin untuk menyulap sampah kaca menjadi bisnis daur ulang dengan cara memanfaatkan kaca-kaca bekas sebagai bahan dasar pembuatan kerajinan. Salah satunya adalah benda seni berupa kerajinan gelas dari bahan pecahan kaca. Selain terkesan mewah, bentuknya yang unik akan menarik para konsumen. Ini bisa menjadi peluang bisnis yang cukup menggiurkan dengan kerajinan berbahan baku pecahan kaca.

Bahan yang dibutuhkan adalah pecahan kaca atau pecahan botol bekas, toples bekas dan apa saja yang berbahan kaca. Bahan baku tersebut dibersihkan dari bahan kontaminan, dicuci hingga bersih dan dilebur dalam tungku pemanas bersuhu 1.500 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah benar-benar meleleh, selanjutnya kaca itu dibentuk sesuai dengan keinginan.

Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang. Proses lainnya yang juga bisa dilakukan adalah bahan kaca yang sudah didapat dilakukan pemotongan dan dimodifikasi sesuai desain yang diinginkan misalnya dalam bentuk mainan maupun kerajinan.

Berbagai bentuk dapat di bentuk dari limbah-limbah kaca itu menjadi bentuk baru dengan nilai tambah didalamnya. Mulai vas, kap lampu, maupun bentuk baru berupa mainan, antara lain, berbentuk senjata api, kereta api, mobil, helikopter, sepeda motor, andong, becak, dan alat musik drum, gapura, lampu hias dan yang lainnya. Harga yang ditawarkan pun cukup bervariasi yaitu mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 15 juta tergantung ukuran dan tingkat kerumitan proses pembuatan.

sumber: http://www.treehugger.com/files/2007/08/now_thats_what.php,  http://menara-kaca.blogspot.com/
http://bisnisukm.com/sulap-sampah-kaca-menjadi-bisnis-daur-ulang.html

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baca lebih lanjut

PENGERTIAN, JENIS-JENIS, DAMPAK DAN MANFAAT SAMPAH